Bgaian 3
Di sebuah sore, gerimis mengantarkan Ponadi pulang kerja, namun ini baru sekitar jam5 sore. Menik pun menyambut suaminya dengan teh hangat yang dia bawa, mereka berbincang di sofa depan, setelah beberapa kali dia menanyakan keadaan Lestari yang semakin aneh, Ponadi hanya bisa menjawab tidak tahu. Kemudian Menik menjumpai adiknya sedang mengintip pembicaraan mereka. Menik pun mengajak adiknya untuk duduk.
Di tanyai nya mengapa Lestari begitu murung dan macam tak sehat. Beberapa waktu dia tunggu Lestari bicara, namun dia malah mengeluarkan air mata, ada apa dengan Lestari yang selalu melempar pandangan dengan suamiku? Lalu Lestari hanya diam dan memegang perutnya, Ponadi pun mulai merayu akan istrinya. Langsung seketika itu Menik menangis tak henti, kenapa ini semua bisa terjadi pada suami dan adik kandungnya. Apakah yang ada di pikiran keduanya, mengapa mereka tidak menganggap aku ada? Menik berusaha menegarkan diri, namun lemparan tangannya sudahpun mengenai pipi Lestari bagian kiri.
Lestari menangis dan bersujud meminta ampun kepada kakak sulungnya itu, dia mulai bercerita mengapa semua ini terjadi. "Sekitar bulan mei di akhir bulan, mbak Menik tahu kan mas Ponadi mengajak saya keluar saat saya merayakan ulang tahun, ketika itu mbak tidak ingin ikut karena mbak ingin dirumah saja. Lalu mas Ponadi mengajak saya ke sebuah hotel, saya dan mas Ponadi sama-sama mau, bukan karena paksaan dari salah satu pihak, saya memang salah mbak, maavkan saya. Saya fikir kalau hanya seperti itu tidak akan hamil, saya menyesal mbak, saya tidak berani untuk bicara, karena mbak Menik terlalu bahagia dengan kehamilan mbak yang keempat ini" jawab Lestari dengan tangis isakannya.
Sedangkan di setiap ucap Lestari, sang kakak iparnya hanya bisa diam dan bersujud di depan istrinya. "Semua sudah terjadi, saya akan bertanggungjawab." jawab singkat Ponadi. Namun hasil dari apa yang Menik pinta ternyata merugikan untuk adiknya sendiri, dia tidak bisa menghukum suaminya, karena cintanya yang begitu besar juga tanggungjawabnya membesarkan anak-anaknya.
Saat itu di bulan Oktober 1993, Lestari dipulangkan dengan tiba-tiba, nenek Kasih menyambutnya dengan bahagia. Namun setelah mendengar apa yang terjadi dengan anaknya, dia begitu murka.Keluarga Menik memutuskan untuk memulangkan Lestari, dan dia akan dinikah setelah bayi itu lahir, dan dia berhak mendapati sawah di kawasan Klaten untuk hidup bersama anaknya.
Lahirlah anak yang begitu lucu, seorang bayi perempuan, dia dilahirkan di sebuah bidan di kawasan Klaten utara, tempat Marga melahirkan anak pertamanya. Tangisan pertama Pertiwi lontarkan saat dia melihat indahnya dunia, bayi mungil ini begitu lucu. Namun dia tak pernah tau bahwa lahirnya dia kedunia bukanlah hal yang mudah. Keluarga Ponadi tidak akan menikahi Lestari, dan mereka berjanji akan meletakkan Pertiwi menjadi anak keempat dari keluarga Ponadi. Sungguh miris hati Marga, dia berniat mengambil Pertiwi untuk dijadikan anaknya, karena anak keduanya pun sudah berumur 3tahun. Bersikeras sang ibu yang melahirkan dan menjaga buah hatinya dengan lelaki yang sangat dia cintai, dia berjanji akan menjaga anak kandungnya dengan hasil keringatnya sendiri.
Selang beberapa bulan, lahirlah Ayu, anak keempat dari Menik. Semakin Ponadi kehilangan waktunya untuk memerhati Lestari dan juga anak kandungannya itu. Bahkan selama beberapa tahun pun dia tak pernah mengabari Lestari, dan bahkan Menikpun tak pernah lagi menjenguk ibunya di setiap lebaran tiba.
Pertiwi dititipkan dengan neneknya, sampai dia berumur 12tahun. Lestari mulai berpindah-pindah tempat kerja. Mulai dari kota Jogjakarta, ataupun berpindah ke tempat yang lebih jauh lagi. Dalam 1 bulan dia dapat bertemu buah hatinya 2 sampai 3 kali, dan hanya dalam masa sehari saja. Begitulah kehidupan Pertiwi selama 12 tahun. Setelah itu sang ibunda menetap untuk tidak bekerja lagi dan menikmati hasil panen dari sawah yang telah dibagi Ponadi untuk hidup berdua bersama anaknya.
Lalu apakah ini sudah cukup? ternyata ada lagi masalah yang lebih dari ini. Kejadian yang masih berkaitan dengan Lestari dan Pertiwi, tapi tentang apalagi?