Rabu, 26 Oktober 2011

beg..

aku tidak pernah menunggu untuk hari ini..
waktu disaat semua telah remuk tak bersisa
bukan dari apa yang aku terima,
tapi faktanya aku yang menyakiti semua,

mungkinkah sudah tak ada cinta??
bagi sebuah tetes tak bernada,
menunggu sampai detik menit..

aku titipkan doa pada sang pencipta,
untuk dia yang akan selalu kucinta,
tak ada kata untukku meminta lagi,
aku berdoa dia bahagia...

peluk aku malam,
bangunkan aku dri mimpi,,
anganku yang terlalu tinggi,
dan akhirnya akan kembali jatuh,,
seperti sebelumnya, dan biasanya..
kuatkan aku..

Senin, 10 Oktober 2011

pertiwi

Bgaian 3

Di sebuah sore, gerimis mengantarkan Ponadi pulang kerja, namun ini baru sekitar jam5 sore. Menik pun menyambut suaminya dengan teh hangat yang dia bawa, mereka berbincang di sofa depan, setelah beberapa kali dia menanyakan keadaan Lestari yang semakin aneh, Ponadi hanya bisa menjawab tidak tahu. Kemudian Menik menjumpai adiknya sedang mengintip pembicaraan mereka. Menik pun mengajak adiknya untuk duduk.

Di tanyai nya mengapa Lestari begitu murung dan macam tak sehat. Beberapa waktu dia tunggu Lestari bicara, namun dia malah mengeluarkan air mata, ada apa dengan Lestari yang selalu melempar pandangan dengan suamiku? Lalu Lestari hanya diam dan memegang perutnya, Ponadi pun mulai merayu akan istrinya. Langsung seketika itu Menik menangis tak henti, kenapa ini semua bisa terjadi pada suami dan adik kandungnya. Apakah yang ada di pikiran keduanya, mengapa mereka tidak menganggap aku ada? Menik berusaha menegarkan diri, namun lemparan tangannya sudahpun mengenai pipi Lestari bagian kiri.

Lestari menangis dan bersujud meminta ampun kepada kakak sulungnya itu, dia mulai bercerita mengapa semua ini terjadi. "Sekitar bulan mei di akhir bulan, mbak Menik tahu kan mas Ponadi mengajak saya keluar saat saya merayakan ulang tahun, ketika itu mbak tidak ingin ikut karena mbak ingin dirumah saja. Lalu mas Ponadi mengajak saya ke sebuah hotel, saya dan mas Ponadi sama-sama mau, bukan karena paksaan dari salah satu pihak, saya memang salah mbak, maavkan saya. Saya fikir kalau hanya seperti itu tidak akan hamil, saya menyesal mbak, saya tidak berani untuk bicara, karena mbak Menik terlalu bahagia dengan kehamilan mbak yang keempat ini" jawab Lestari dengan tangis isakannya.

Sedangkan di setiap ucap Lestari, sang kakak iparnya hanya bisa diam dan bersujud di depan istrinya. "Semua sudah terjadi, saya akan bertanggungjawab." jawab singkat Ponadi. Namun hasil dari apa yang Menik pinta ternyata merugikan untuk adiknya sendiri, dia tidak bisa menghukum suaminya, karena cintanya yang begitu besar juga tanggungjawabnya membesarkan anak-anaknya.

Saat itu di bulan Oktober 1993, Lestari dipulangkan dengan tiba-tiba, nenek Kasih menyambutnya dengan bahagia. Namun setelah mendengar apa yang terjadi dengan anaknya, dia begitu murka.Keluarga Menik memutuskan untuk memulangkan Lestari, dan dia akan dinikah setelah bayi itu lahir, dan dia berhak mendapati sawah di kawasan Klaten untuk hidup bersama anaknya.

Lahirlah anak yang begitu lucu, seorang bayi perempuan, dia dilahirkan di sebuah bidan di kawasan Klaten utara, tempat Marga melahirkan anak pertamanya. Tangisan pertama Pertiwi lontarkan saat dia melihat indahnya dunia, bayi mungil ini begitu lucu. Namun dia tak pernah tau bahwa lahirnya dia kedunia bukanlah hal yang mudah. Keluarga Ponadi tidak akan menikahi Lestari, dan mereka berjanji akan meletakkan Pertiwi menjadi anak keempat dari keluarga Ponadi. Sungguh miris hati Marga, dia berniat mengambil Pertiwi untuk dijadikan anaknya, karena anak keduanya pun sudah berumur 3tahun. Bersikeras sang ibu yang melahirkan dan menjaga buah hatinya dengan lelaki yang sangat dia cintai, dia berjanji akan menjaga anak kandungnya dengan hasil keringatnya sendiri.

Selang beberapa bulan, lahirlah Ayu, anak keempat dari Menik. Semakin Ponadi kehilangan waktunya untuk memerhati Lestari dan juga anak kandungannya itu. Bahkan selama beberapa tahun pun dia tak pernah mengabari Lestari, dan bahkan Menikpun tak pernah lagi menjenguk ibunya di setiap lebaran tiba.


Pertiwi dititipkan dengan neneknya, sampai dia berumur 12tahun. Lestari mulai berpindah-pindah tempat kerja. Mulai dari kota Jogjakarta, ataupun berpindah ke tempat yang lebih jauh lagi. Dalam 1 bulan dia dapat bertemu buah hatinya 2 sampai 3 kali, dan hanya dalam masa sehari saja. Begitulah kehidupan Pertiwi selama 12 tahun. Setelah itu sang ibunda menetap untuk tidak bekerja lagi dan menikmati hasil panen dari sawah yang telah dibagi Ponadi untuk hidup berdua bersama anaknya.


Lalu apakah ini sudah cukup? ternyata ada lagi masalah yang lebih dari ini. Kejadian yang masih berkaitan dengan Lestari dan Pertiwi, tapi tentang apalagi?

Senin, 03 Oktober 2011

Pertiwi

Bagian 2

Di sebuah desa kecil menuju semacam puncak di lereng gunung, di sebuah kota bernama klaten.. Di situlah hidup sepasang suami istri, sebut saja nenek Kasih dan kakek Trimo, mereka memiliki 8 anak namun anak kedua meninggal semasa kecil. Anak pertamanya menikah setelah menyelesaikan sekolah dasar, Menik di pinang oleh lelaki kaya yang kemudian membawanya ke Kalimantan. Memang sungguh beruntung nasibnya, karena untuk masalah pendidikan orangtuanya tidak pernah mengurusi.

Tapi lain halnya dengan beberapa anaknya yang harus bekerja keras demi mengenyam pendidikan. Sebut saja Marga, anak ketiga nenek Kasih, dia mulai bekerja mencari uang sedari umur 12tahun demi melanjutkan sekolahnya ke jenjang sekolah menengah atas. Marga mulai bekerja pada seorang juragan kerupuk melinjo, mbah Kawit membayarnya per hari agar Marga bisa sekolah naek bus karena dia memilih sekolah di kota, menempuh sktar 2jm perjalanan jika dia harus brjalan kaki. Berpindah pada anak keempat nenek Kasih, seorang lelaki bernama Sipo yang juga memasuki sekolah menengah atas, sedangkan adiknya Harya duduk di bangku sekolah menengah kelas3.

 Inilah gadis yang ku maksudkan, namanya Lestari, dia gadis yang cantik, memiliki rambut yang bagus dan muka yang menawan, dia pun sekolah juga sampai sekolah dasar. Setelah Lestari menyelesaikan pendidikannya, dia diajak Menik, kakak sulungnya, untuk melanjutkan sekolah menengahnya di Kalimantan. Sedangkan 2 anak terakhir, Harja dan Warsini masih duduk di kelas 5 dan kelas 2.

Seramai itulah keluarga nenek Kasih, namun tak seorangpun yang dia pedulikan, sang suamipun selalu pergi di setiap malam. Nenek Kasih adalah anak tunggal seorang raja kononnya, banyak sawah yang ayahnya tinggalkan, namun banyak pula yang mencoba mematikan nenek Kasih, beliau pun tetap berusaha kuat agar hartanya tidak dimiliki sodara tirinya sehingga setiap hari dia harus wira-wiri ke dukun mana saja untuk memperkuat dirinya. Bukan hal mudah bagi anak-anaknya, terutama Marga yang merasa tumpuan tanggungjawab adiknya ada di pundaknya. 

Namun kali ini aku tidak menceritakan tentang mereka, kembali pada gadis cantik yang sudah beberapa bulan tinggal bersama kakak sulungnya ini, rupanya Lestari memang betah dengan gaya hidup mewah yang di bawa kakak iparnya. Ponadi memanglah lelaki baik, sebagian uangnya dia berikan pada Lestari agar dia bisa membeli  baju dan barang keperluan lainnya. Namun sepertinya memang Ponadi memiliki pandangan lain terhadap Lestari, bukan selayaknya adik ipar. Menik pun menanggapi hal ini biasa saja, bahkan dia bangga pada suaminya karena dia rela pulang kerja lebih awal demi mengantar Lestari berbelanja baju di kawasan Asam-asam, Banjarmasin. Dalam bayangan Lestari, pastilah anak muda ini mengidam-idamkan suami seperti kakak iparnya. 

Sudah sekitar 1tahun lamanya Lestari hidup bahagia sampai-sampai nenek Kasih meminta dia untuk pulangpun dia tidak mau. Namun pada akhir tahun di kelas2, dia begitu rewel ingin pulang. 3bulan terakhir dia merasa murung, sesekali Menik menjumpainya menangis di kamarnya, atau terkadang dia melamun di dekat jendela. Ada apa dengan Lestari? Mengapa dia tidak sebahagia sebelum-sebelum ini ?dan kenapa suaminya lebih sering menikmati waktu kerjanya sampai bahkan pulang waktu dini hari?

...

Pertiwi

Bagian 1


Ku coba paparkan suatu cerita yang pernah ku saksikan, tentang lahirnya gadis kecil tak berdosa.. Terlahir pada keadaan yg salah, dan kesempatan yang salah.
Kumulai cerita itu sekitar 17 tahun yang lalu, perempuan itu sedang mengandung, usia kandungannya mungkin memasuki bulan kelima. Bagaimana dengan keluarganya, bagaimana dengan perasaan ibunya? Mungkinkan dia mempertahankan bayi yang tak berdosa itu? Mengapa takdir ini yang dia dapat? Tapi taukah kalian bahwa dia tidak memiliki seorang pacar, lalu kenapa hal ini yg terjadi? Lalu itu anak siapa?