Di sebuah desa kecil menuju semacam puncak di lereng gunung, di sebuah kota bernama klaten.. Di situlah hidup sepasang suami istri, sebut saja nenek Kasih dan kakek Trimo, mereka memiliki 8 anak namun anak kedua meninggal semasa kecil. Anak pertamanya menikah setelah menyelesaikan sekolah dasar, Menik di pinang oleh lelaki kaya yang kemudian membawanya ke Kalimantan. Memang sungguh beruntung nasibnya, karena untuk masalah pendidikan orangtuanya tidak pernah mengurusi.
Tapi lain halnya dengan beberapa anaknya yang harus bekerja keras demi mengenyam pendidikan. Sebut saja Marga, anak ketiga nenek Kasih, dia mulai bekerja mencari uang sedari umur 12tahun demi melanjutkan sekolahnya ke jenjang sekolah menengah atas. Marga mulai bekerja pada seorang juragan kerupuk melinjo, mbah Kawit membayarnya per hari agar Marga bisa sekolah naek bus karena dia memilih sekolah di kota, menempuh sktar 2jm perjalanan jika dia harus brjalan kaki. Berpindah pada anak keempat nenek Kasih, seorang lelaki bernama Sipo yang juga memasuki sekolah menengah atas, sedangkan adiknya Harya duduk di bangku sekolah menengah kelas3.
Inilah gadis yang ku maksudkan, namanya Lestari, dia gadis yang cantik, memiliki rambut yang bagus dan muka yang menawan, dia pun sekolah juga sampai sekolah dasar. Setelah Lestari menyelesaikan pendidikannya, dia diajak Menik, kakak sulungnya, untuk melanjutkan sekolah menengahnya di Kalimantan. Sedangkan 2 anak terakhir, Harja dan Warsini masih duduk di kelas 5 dan kelas 2.
Seramai itulah keluarga nenek Kasih, namun tak seorangpun yang dia pedulikan, sang suamipun selalu pergi di setiap malam. Nenek Kasih adalah anak tunggal seorang raja kononnya, banyak sawah yang ayahnya tinggalkan, namun banyak pula yang mencoba mematikan nenek Kasih, beliau pun tetap berusaha kuat agar hartanya tidak dimiliki sodara tirinya sehingga setiap hari dia harus wira-wiri ke dukun mana saja untuk memperkuat dirinya. Bukan hal mudah bagi anak-anaknya, terutama Marga yang merasa tumpuan tanggungjawab adiknya ada di pundaknya.
Namun kali ini aku tidak menceritakan tentang mereka, kembali pada gadis cantik yang sudah beberapa bulan tinggal bersama kakak sulungnya ini, rupanya Lestari memang betah dengan gaya hidup mewah yang di bawa kakak iparnya. Ponadi memanglah lelaki baik, sebagian uangnya dia berikan pada Lestari agar dia bisa membeli baju dan barang keperluan lainnya. Namun sepertinya memang Ponadi memiliki pandangan lain terhadap Lestari, bukan selayaknya adik ipar. Menik pun menanggapi hal ini biasa saja, bahkan dia bangga pada suaminya karena dia rela pulang kerja lebih awal demi mengantar Lestari berbelanja baju di kawasan Asam-asam, Banjarmasin. Dalam bayangan Lestari, pastilah anak muda ini mengidam-idamkan suami seperti kakak iparnya.
...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar